Senin, 09 Februari 2009

Dijuluki ”Virus” BMX Freestyle




JAKARTA- Semua orang tahu bahwa virus itu berbahaya. Namun, ”virus” di dunia BMX freestyle di Indonesia, sama sekali tidak berbahaya. Buktinya Rayza Adhyatama yang kerap dijuluki ”virus” oleh teman-temannya justru berhasil menularkan hobi positif yang dimilikinya sehingga perkembangan olahraga BMX freestyle di Indonesia kini kembali semarak. 
Pria kelahiran 19 Juni 1974, yang akrab dipanggil Eca tersebut, memang memiliki andil yang cukup besar dalam mamajukan serta mempopulerkan olahraga yang tergolong ke dalam extreme game itu. Di tengah maraknya perkembangan olahraga skateboard di tahun 1996, Eca justru memilih BMX yang kala itu belum populer di Indonesia. 
Pahit getirnya berjuang seorang diri dalam mempopulerkan BMX Freestyle di Indonesia memang pernah ia rasakan. Eca pun sempat berpikir untuk menjual sepedanya karena teman-temannya pada saat itu masih asyik bermain skateboard. 
Bahkan pada saat itu, ia pernah dilarang untuk bermain sepada di skatepark yang terletak di Senayan, karena dikhawatirkan akan merusak arena yang semula diperuntukan untuk skateboard saja. 
Namun berkat usaha kerasnya dalam melobi pemilik skatepark, akhirnya setahun kemudian ia diperbolehkan untuk bermain BMX di dalam skatepark.
Konsistensinya dalam mempopulerkan serta memperjuangkan BMX freestyle sampai saat ini rasanya perlu diberi acungan jempol. 
Selain rutin menggelar kejuaraan-kejuaraan ia pula yang kemudian mengajak rekan-rekan sesama pengila BMX freestyle untuk bergabung mendirikan IBSO (Indonesia Bicycle Stunt Organization). 
Bahkan Eca pun mengangap sepeda BMX miliknya adalah pacar keduanya, karena cintanya yang begitu besar kepada BMXnya ia sampai kecanduan bersepeda. 
”Saking gilanya, kemanapun saya pergi, saya selalu bersepeda,” ujar Eca. Ia pun menganggap bahwa bermain sepada adalah hal yang paling menyenangkan. ”BMX adalah olahraga yang ngak ada gurunya, karena setiap orang bebas mengekspresikan kemampunnya dalam mengembangkan trick bersepeda,” tandasnya. 
Ia pun merinci bahwa dengan bersepeda ia dapat menambah teman dan menyehatkan badannya. Baginya tak ada hal yang paling menyenangkan selain terus menambah trick-tricknya dalam melakukan atraksi bersepeda di udara. 
Meski menyadari resiko yang akan menimpanya, namun Eca tetap tak gentar dalam melakukan trick-trick yang berbahaya. Pernah saking semangat dan beraninya dalam melakukan trick, Eca pernah masuk rumah sakit karena bibirnya pecah akibat tertusuk stang sepeda pada saat melakukan gerakan memutar stang di udara. ”Pengalaman itu justru memberikan motivasi bagi saya untuk terus melakukan trick-trick dengan hati-hati,” ujar Juara I Bandung RushX 99 tersebut. 
Segudang prestasi baik nasional maupun internasional memang telah banyak diraihnya, salah satunya adalah ketika ia mampu menjadi finalis X Games di Thailand. Meski sudah jarang mengikuti lomba, namun ia tetap akan menekuni hobinya tersebut. Ia pun mengakui bahwa saat ini Indonesia telah banyak melahirkan riders-riders muda yang berpotensi. 
”Sekarang saatnya kita yang lebih senior untuk melakukan regenerasi dengan memberikan peluang kepada yang lebih muda untuk berprestasi,” tandas Eca yang menilai bahwa peluang riders pemula kita di tingkat Asia lebih besar untuk berprestasi.
Eca pun berharap bahwa di kemudian hari, olahraga yang ia gandrungi itu dapat sepopuler seperti di Amerika dan Jepang. Ia pun mengakui beratnya mengembangkan olahraga itu karena belum ada sponsor yang mau meliriknya. ”Tak ada cara lain selain mempopulerkannya melalui kejuaraan-kejuaraan.” katanya. 
Selain itu, ia pun berpesan bagi para pecinta extreme game bahwa tak ada kata terlambat untuk mempelajari BMX freestyle.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar